Membentuk Kebiasaan Baru di Karanganyar

 

Membentuk Kebiasaan Baru di Karanganyar

Oleh: Mas Anton

 


Tahun baru 2021 tidak se-histeria tahun-tahun sebelumnya. Kalau biasanya banyak orang yang berkumpul untuk merayakan pergantian tahun baru, tetapi tahun ini semuanya harus bersabar untuk menghadapi keadaan yang membuat tahun 2020 seolah tanggal merah semua. Bahkan beberapa orang membuat kaleidoskop bahwa tahun 2020 itu hanya ada bulan Januari, Februari, dan Desember. Selain bulan itu seperti tanggal merah bagi anak sekolah. Libur total.

Jadi yang berharap banyak tanggal merah pada setiap tahunnya, khusus tahun 2021 ini harapan mereka terkabul.

Tahun 2020 selebihnya membuat kepala ngebul. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan, di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dan bahkan usahanya langsung gulung tikar karena efek dari pandemi. Semua orang merasakan efek dari pandemi. Tetapi siapakah yang merasakan dampak paling berat?

Orang tua yang kehilangan pekerjaan?

Anak sekolah?

Orang yang bekerja dari rumah?

Atau yang lain?

Semua terkena dampak pandemi. Orang tua yang kehilangan pekerjaan harus memutar otak bagaimana caranya agar dapat bekerja. Bergerak bagaimana caranya agar bisa mendapatkan pendapatan selama pandemi. Tidak jarang orang tua berjualan online dengan mempromosikan dagangan di story whatsapp ataupun di grup-grup chat whatsapp. Dan banyak yang mendulang rezeki dari berjualan online.

Bahkan anak-anak pun harus merasakan bagaimana menjadi mahasiswa dadakan, karena yang biasanya menggunakan aplikasi e-learning itu hanya mahasiswa dan jajaran tertentu saja. Tetapi sekarang semua siswa wajib bisa menggunakan e-learning dengan berbagai sumber belajar. Dari pengiriman tugas melalui Whatsapp, Email, menonton video pembelajaran di Youtube, dan bahkan untuk beberapa siswa itu harus terbiasa menggunakan aplikasi Zoom, ataupun Goole Meet.

Orang yang bekerja di kantor pun juga merasakan dampaknya. Orang yang biasanya berangkat kerja dari pagi pukul 8 sampai pukul 5 sore, tetapi kebiasaan harus berubah. Mengerjakan segala sesuatunya dari rumah.

Jika ada orang yang berharap bisa bekerja tanpa harus memakai pakaian formal, tahun ini terjawab juga. Orang yang bekerja dari rumah, mereka bebas mengenakan baju apapun ketika mengerjakan tugas kantor. Mereka bisa pakai kaus oblong yang nyaman ketika di rumah. Bahkan beberap ibu-ibu bekerja di rumah memakai piyama ataupun daster.  Awalnya terasa nyaman, tetapi setelah berjalan satu bulan semuanya terasa membosankan. Apalagi ketika di rumah merasakan 4L. Lu Lagi Lu Lagi. Ketemu orang itu-itu saja.

Banyak orang yang tidak nyaman bekerja di rumah. Tetapi selama pandemi semua orang harus meminimalisir untuk bepergian ataupun bertemu dengan orang lain. Bahkan untuk urusan batuk saja, yang dulunya hanya dianggap hal biasa, tetapi selama pandemi ini orang yang batuk langsung dicurigai. Semua mata memandang ke arah orang yang batuk dengan tetapan selidik. Apakah mungkin …?

Lantas bagaimana caranya memulai kebiasaan baru di karanganyar ini?

1.               Sering mencuci tangan dengan sabun di air mengalir.

Kebiasaan ini awalnya dihilangkan oleh sebagian besar orang. Mereka mencuci tangan ketika mau makan saja. Tetapi sekarang banyak orang yang sudah mengubah kebiasaan. Tetap mencuci tangan ketika ada dimanapun. Baik ketika datang ataupun akan pulang. Sampai rumah juga cuci tangan lagi.

2.               Memakai masker ketika bepergian.

Kalau dulu memakai masker ketika bepergian naik motor, tetapi sekarang kemanapun harus pakai masker. Terutama ketika ada di tempat yang terbuka, yang berinteraksi dengan banyak orang. Saling menjaga dengan memakai masker. Tidak menyebarkan virus ataupun tidak tertular virus.

3.               Tidak bersalaman.

Bersalaman adalah salah satu etika ketika bertemu dengan orang lain. Tetapi sekarang keadaan sudah berubah. Bersalaman pun bisa diganti dengan cara yang lain. Ada yang memakai siku, ada yang memakai kepalan seperti bertinju, dan masih banyak yang lain. Yang penting tidak berinteraksi dengan salaman dulu.

4.               Menjaga jarak

Semenjak awal pandemi masuk di Indonesia, pemerintah mulai mengeluarkan protokol kesehatan. Salah satunya dengan tidak berkerumun. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya, berkumpul dengan teman adalah ajang silaturahmi, reuni, menambah keakraban, dan lain sebagainya. Tetapi selama pandemi ini harus menjaga jarak dengan orang lain. Semua orang mulai terbiasa untuk tidak berkumpul secara langsung jika tidak kepepet. Jika memungkinkan untuk bertemu secara sosial media, pasti pilihan itu dipilih.

 

Lantas bagaimana membentuk kebiasaan baru untuk siswa di Karanganyar?

1.               Siswa harus terbiasa membaca melalui laman google.

Jika biasanya siswa hanya membaca buku, tetapi sekarang mereka harus mulai terbiasa membaca artikel di internet. Biasanya dicari melalui google.

Sejak dulu sebenarnya google sudah menjadi tempat untuk mencari informasi. Tetapi bagi siswa yang belum melek internet, mereka tidak pernah membuka google sebelumnya.

“Membaca di Hp atau laptop bikin mata cepat lelah, Pak.”  Begitu komentar salah satu siswa di sekolah.

Memang, membaca di buku dengan di media elektronik efeknya berbeda. Bagi saya sendiri memang lebih nyaman membaca buku daripada membaca di media elektronik. Membaca di elektronik memang membuat mata cepat lelah. Tetapi bagaimanapun juga setiap orang harus terbiasa untuk mencari informasi dari internet. Yang penting waktu penggunaan elektronik dibatasi. Tidak seharian di depan computer atau Hp terus.

2.               Siswa harus beradaptasi dengan media pembelajaran yang baru

Jika biasanya siswa bertatap muka dengan guru secara langsung, maka sekarang harus mulai terbiasa dengan pembelajaran melalui sosial media.

Beberapa siswa SMK sudah mulai memanfaatkan Instagram untuk memperkenalkan dirinya kepada banyak orang. Salah satunya sebagai tugas untuk memposting tugas di Instagram. Bahkan lebih seru lagi, beberapa siswa yang sekolah di jurusan marketing, mereka diharuskan live di Instagram untuk mempromokan jualannya. Belajar public speaking sekaligus.

Siswa SD pun mau tidak mau tetap belajar melalui Youtube. Jika biasanya mereka hanya melihat film atau sesuatu yang lucu di Youtube, tetapi sekarang harus terbiasa melihat video pembelajaran di aplikasi yang berwarna merah ini.

Banyak dosen mulai menggunakan Google Meeting, Zoom, Face Time, dan lain sebagainya untuk mengadakan pembelajaran.

Jika siswa dulu membolos dari kuliah dengan meninggalkan kelas, sekarang siswa membolos dengan me-nonaktifkan video dan speaker.

3.               Siswa belajar tentang skala prioritas

Pembelajaran online bukan berarti standby 24 jam di depan computer atau Hp. Tetapi siswa harus bisa mengoptimalkan belajar sekaligus mengerjakan tugas tanpa menunda lagi. Yang membuat capek ketika belajar yaitu tidak bisa menggunakan waktu sebaik mungkin. Ketika pandemi ini banyak orang yang bermain Hp daripada mengerjakan tugas sekolah. Kadang tugas sekolah menumpuk, sehingga malas untuk mengerjakannya.

Siswa harus terbiasa dengan skala prioritas.

PR ini dikerjakan sekarang atau besok?

Mana yang harus saya dahulukan?

Mana pekerjaan yang harus membaca referensi di Internet?

Mana pekerjaan yang bisa dikerjakan tanpa harus membaca internet?

Dan lain sebagainya.

Jika siswa sudah terbiasa memilah pekerjaan seperti itu, pembelajaran online tidak lagi terasa menjemukan. Tetapi tantangan seru untuk dilakukan setiap hari. Tentu saja tetap harus ada pendampingan orang tua ketika belajar online.

Orang tua tetap harus mengontrol penggunaan alat telekomunikasi. Tidak membiarkan anak full memegang Hp. Anak kadang  setelah mengerjakan tugas malah keasyikan dengan HPnya. Maka dari itu anak harus dikenalkan dengan apa yang dinamakan skala priotitas.

Sudah siap untuk membentuk kebiasaan baru?

Ayo dimulai dari sekarang!

Komentar

  1. The 6 BEST CASINO & RESORT SPA in St. Louis - Mapyro
    Find the 대구광역 출장마사지 BEST and NEWEST CASINO & 창원 출장샵 RESORT SPA 경상남도 출장샵 in St. Louis (St. Louis, 상주 출장안마 MO). Mapyro Real Estate & Homes provides real estate 안동 출장안마 listings,

    BalasHapus

Posting Komentar