Terbitkan Naskahmu


 #Sharing3


Judul: *Apa sih enaknya menerbitkan buku secara indie?*

Buku Indie-Part 1


Tidak dipungkiri bahwa sekarang ini ada banyak sekali orang yang mulai menerbitkan buku secara indie atau mandiri. Menerbitkan buku secara indie itu memang semua proses pracetak buku harus dibayar oleh penulisnya. Mulai dari layout, editing, cover, profreading, dan serangkaian proses yang harus dilalui oleh buku sebelum menjadi buku yang cakep.


Kita pun harus hati-hati kepada penerbit yang belum kita kenal sebelumnya. Banyak diantara teman-teman penulis itu yang tertipu dengan penerbit abal-abal. Sudah transfer untuk cetak buku sejumlah sekian, eh ... ternyata uangnya dibawa kabur. 


Dan kasus ini tidak hanya terjadi sekali.


Tetapi apa sih keuntungan yang diperoleh dari mencetak buku secara indie?


*1. Kita bisa mendapatkan buku dalam waktu yang relatif singkat.*

karena semua proses pra cetak buku dibawah kontrol penulis, maka dalam waktu hitungan minggu atau bulan buku sudah bisa dipegang oleh penulsnya. Hal ini tentu berbeda dengan proses buku di penerbit mayor.


Naskah saya yang saya tulis di tahun 2017 akhir sampai sekarang belum ada kabarnya. Dan mungkin naskah itu tertolak alias tidak lolos seleksi. Padahal proses penulisan naskahnya hampir setengah tahun. 


Kalau seandainya saya dulu tahu kalau bisa menerbitkan buku secara indie, mungkin naskahnya sudah saya cetak dan saya promokan. Apalagi naskahnya tema remaja. Dan tidak mungkin kalau naskah itu saya cetak secara indie. Nangis deh di pojokan.


Setidaknya itu untuk pelajaran saya. Sebelum memastikan naskah untuk dikirim ke penerbit mayor, maka harus siap dengan durasi waktu yang lama untuk menunggu tanggapan dari penerbitnya.

🐜🐜🐜🐜🐜

 

*2. Kuntungan buku bisa dua kali lipat.*

Seperti yang kita tahu, bahwa royalti buku itu adalah 10% saja dari harga buku yang tertera. Jadi misal harga buku Rp 100.000,00 maka 10% dari harga bukunya yaitu Rp 10.000,00. 

 Beberapa penerbit maksimal memberikan royalti atau potongan harga 20-30% saja. Tetapi jika kita menjual buku sendiri bisa lebih dari itu.


Mengapa penerbit hanya memberikan 10% dari harga buku?


Penerbit mayor itu harus menyiapkan banyak hal untuk promo, pajak tempat untuk display buku-buku, dan masih banyak lagi yang disiapkan. Penerbit mayor menyiapkan itu semua.


Dari sharing dengan teman penulis buku mayor, mereka sekarang mendapat perubahan baru dalam sistem yang dikejrkan. Penulis diwajibkan membeli bukunya yang akan cetak, setelah itu menuliskan trik yang ingin dilakukan untuk menjual buku-bukunya. Bahkan penerbit juga mengecek follower di ig untuk pertimbangan mencetak bukunya. Penerbit juga tidak mau rugi.


Penulis juga ditantang untuk menjual karyanya sendiri.


Sementara untuk buku indie kita bisa menjual minimal 2x harga produksinya. Misal harga cetak Rp 35.000 kita bisa menjualnya dengan harga RP 70.000. Keuntungannya bisa 100% ataupun lebih. Kalau di penerbit mayor itu minimal 3 atau 4 kali harga produksi cetak satu bukunya. (dengan pertimbangan untuk promo, membayar display, pajak buku, dll) 


TETAPI DENGAN MENERBITKAN INDIE kita bisa menentukan harga jual buku kita sendiri.

🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞🐞


Demikian untuk sharing kali ini. Setidaknya dua hal dulu yang harus kita ketahui tentang penerbit indie.


Insyaallah next time kita akan membahas tentang penerbitan mayor, keuntungan dan kerugiannya.


Salam hangat untuk keluarga tercinta,

Mas Anton

(Pengelola naskah di Jati Pustaka Publishing)

Komentar