REVIEW NOVEL DARI JENDELA SMP

Dari Jendela SMP Karya Mira W Novel ini bercerita tentang Joko, yang mendapat julukan JAB (Joko Anak Babu). Kisah yang diangkat di dalam novel ini yaitu seputar kehidupan anak SMP yang mulai memasuki masa puber. Masa puber menjadi konflik utama di cerita novel ini. Bagi saya, novel ini jauh lebih bagus daripada kisah yang diangkat di layar televisi. Ada sisi menarik di novel ini. Pertama, dipandang dari sisi psikologis ketika masa puber. DI Novel ini, baik Joko ataupun Wulan menjalani masa puber tanpa pengarahan dari orang tua. Joko di dalam cerita ini ayahnya sudah meninggal, sementara Wulan malu untuk bertanya kepada orang tuanya terkait apa yang dirasakannya. Wulan ataupun Joko mulai merasa ada ketertarikan kepada lawan jenis. Penggambaran di dalam novel ini cukup seru, seperti: Wulan mulai tertarik dengan Fisik joko. Lengannya yang besar, postur tubuh yang gagah, dan sikapnya yang perhatian. Sementara Joko memandang sosok Wulan dengan bibir yang ranum, tatapan mata yang menarik, rambut yang wangi, dan lain sebagainya. Berawal dari ketertarikan tersebut, dari sisi wulan ataupun Joko memunculkan hasrat untuk selalu dekat diantara mereka. Dipandang dari sisi psikologis ketika remaja, penggambaran cerita di novel ini menjadi hal wajar karena semua orang pasti mengalami perkembangan seperti tersebut. Meskipun langkah yang diambil oleh kedua tokoh adalah hal yang salah sehingga membuat Wulan hamil di usia SMP. Kedua. Pentingnya sex education di lingkungan sekolah. Di salah satu part novel ini, bu Narti selaku guru penjaskes di sekolah tersebut dikeluarkan dari sekolah karena mengajarkan sex education kepada anak-anak. Mayoritas guru di sekolah tersebut melarang Bu Narti untuk menjelaskan pelajaran tentang sex karena dianggap anak-anak SMP belum boleh mengerti masalah seperti itu. selain Wulan dan Joko, ada teman-teman sebaya Joko yang melakukan sex bebas. Beberapa diantara teman mereka terkena penyakit seksual karena menyewa pekerja seks komersial untuk memenuhi hasrat mereka yang mulai bergejolak. Ketiga, Penanaman tanggung jawab dalam diri setiap remaja perlu ditanamkan sejak dini. Dari awal cerita sampai konflik cerita dijelaskan bahwa ibunya adalah pembantu (babu) di rumah Bapak Kepala Sekolah. Tanpa kecurigaan apapun, Joko menjalani rutinitas sebagai anak pembantu (membersihkan lingkungan sekolah) sebagai balasan karena dia telah disekolahkan oleh kepala sekolah. Akhirnya Joko tahu jika Pak Suprapto adalah ayah kandungnya. Orang yang dikagumi selama ini ternyata adalah ayahnya. Hal ini diketahui Joko ketika dia mengantarkan Pak Suprapto ke kamarnya ketika sakit jantung. Joko melihat foto masa muda Pak Suprapto yang mirip dirinya. Akhirnya dia tahu alasan dirinya dilarang untuk berkunjung ke rumah majikan ibunya tersebut. Point tanggung jawab disini ditegaskan di akhir cerita, bahwa Joko tidak ingin anaknya (janin yang ada di perut wulan) tidak memiliki bapak. Joko tahu rasanya mendapat julukan anak haram, anak tidak memiliki bapak, dan lain sebagainya. Dia tidak ingin anaknya kelak tidak mendapat pengasuhan dari seorang bapak. Maka dari itu Joko tetap ingin bertanggung jawab menjadi seorang Bapak, meskipun baru lulus SMP. Saya rasa konflik yang dibawakan bisa mengantarkan cerita sampai ke pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Bahaya sex bebas, pentingya sex education, pentingnya sikap tanggung jawab bagi laki-laki, pentingya keterbukaan antara anak kepada orang tua, dan masih banyak lagi. Jika ingin mengikuti konflik di dalam cerita tersebut, teman-teman bisa mencari di internet atau membeli bukunya di toko buku terdekat. Mari jadikan membaca sebagai sarana untuk mengambil hikmah dalam kehidupan. Salam Literasi Mas Anton (Penulis buku dan Guru)

Komentar